Senin, 25 Januari 2021

Pengalaman LDM (long distance married) yang harus dijalani

Awal mula dari pernikahan saya dan istri (anak tunggal dari keluarganya) tanggal 02 juni 2015, semua berjalan dengan baik dan bahagia. Setelah pernikahan saya membawa istri ke tempat saya bekerja di Medan dari kampung halaman Sumatera barat. Awal mula pernikahan yang indah dan bersemangat menjalani hari-hari di kota Medan sampai bulan desember 2015 saya dipindah tugaskan ke Sibolga. 
Belum dikarunia anak menurut saya masih wajar dan biasa, tetapi bagi istri ada hal sedikit mengkhawatirkan. Karena setiap telat datang bulan , selalu menantikan hasil test pack yang garis dua. Bulan berganti bulan, akhirnya saya dan istri dikarunia anak yang lahir dikampung halaman tanggal 29 mei 2017. Karena pekerjaan saya yang sering keluar kota dan jarang dirumah, hal ini mengharuskan istri tinggal dikampung halaman terlebih dahulu, agar istri bisa dijaga terlebih dahulu oleh kedua mertua. 
Setelah enam bulan kemudian, perkiraaan bulan desember 2017 istri saya lanjut mengikuti saya ke sibolga yang diantar oleh ayah dan kerabat temannya. Hal ini membuat keluarga saya menjadi utuh karena bisa berkumpul kembali dalam satu rumah.
Tetapi rasanya hanya sebentar. Pada bulan februari 2018, istri mendapatkan berita bawah ayahnya masuk rumah sakit. Hal ini membuat istri saya cemas dan memutuskan untuk pulang ke kampung halaman untuk menemani sang ayah. Saya pun bolak balik perminggu ke kampung halaman karena kondisi mertua laki-laki yang tidak ada perubahan. Setelah 2 minggu lebih perawatan dirumah sakit, mertua laki-laki dipanggil mengahadap yang maha Kuasa.
Setelah kepergian mertua laki-laki, saya memutuskan istri untuk tinggal di kampung halaman untuk menjaga ibunya dan saya pun harus kembali bekerja ke kota sibolga.
Selama itu saya mengunjugi istri dan anak sekali dua minggu, saya mengambil hari libur jum'at, sabtu dan minggu untuk dapat mengobati rindunya pada keluarga.
Dan akhirnya pada bulan september 2017, papa saya pun dipanggil pencipta Allah subhanallaahuwataala. Tahun yang berat rasanya bagi saya terlepas dari cerita kepergian papa yang berususan dengan aparat negara polisi. Hari - hari dan bulan ke bulan saya haruskan hati ini untuk ikhlas terhadap cobaan yg menerpa. 
Hingga tanggal 17 mei 2019 saya dikarunia anak gadih ( anak perempuan ), penambah kebahagian dikeluarga saya. Tetapi karena pekerjaan yang cukup jauh dari kampung halaman saya jalani pekerjaan ini sampai sekarang. Dua kali seminggu bolak balik kekampung halaman dari sibolga, memakan waktu hingga 12 jam. Awal perjalanan ini memang terasa berat dan mengapa harus begini, tetapi seiring nya waktu dan perjalanan, banyak pengalaman yang diambil dari cerita-cerita orang, hidup saya masih lebih nikmat dan harus disyukuri. Tetapi terkadang saya berfikir merasa jenuh untuk berjauhan dengan keluarga. Ingin rasanya untuk berhenti dari pekerjaan sekarang. Tetapi untuk mencari pengganti pekerjaan yang ada dikampung halaman belum terbayang. 
Bulan februari 2021 ini saya pun dipindah tugaskan kembali ke kota Medan. Hal ini membuat saya merasa bertambah jauh dari keluarga. Karena intensitas saya pulang kekampung halaman akan semakin sedikit dan menambah pengeluaran untuk biaya perjalanan saya ke kampung halaman yang kemungkinan harus dengan pesawat terbang. Mencari pekerjaan baru dikampung halaman terasa tidak mudah dengan gaji yang saya dapat dari pekerjaan sekarang. Ingin membuat usaha sendiri tapi tidak mempunyai pengalaman dan mitra, membuat saya ragu hal itu. Terlebih lagi saya yang cendrung introvert terhadap lingkungan. Memang semua usaha butuh proses dan pembelajaran tapi entah kenapa keyakinan pada diri sendiri yang belum ada.
Hhmmmm...... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar